Monday, October 24, 2011

Membantu Peningkatan Perekonomian Kreative, Dinas Pariwisata Mulai Berbenah

Penyerahan Bantuan Biaya Pembinaan Kelompok Pengrajin Anyaman dan Menyulan di Wamena
 


Dinas  Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, mulai beraksi melakukan peninjauan sekaligus penyerahan dana bantuan Pembinaan Peningkatan Ekonomi Kreative kelompok pengrajin Anyaman dan Menyulam di Kabupaten Jayawijaya.
Natalia Asso, salah satu pengrajin Anyaman dan Menyulam, asal desa Assotipo distrik Assotipo Kabupaten Jayawijaya, telah menjalankan usaha anyaman dan menyulan khususnya penyulaman topi bermotif warna warni sejak dua tahun silam hingga kini mampu menghasilkan uang perbulannya sebesar tujuh ratus hingga sembilan ratus ribu perbulannya dari hasil penjualan sulamannya.

Keahlian menyulam telah di mulai sejak masih di bangku sekolah SMP dan dilanjutkannya hingga sekarang. Awalnya, Natalia hanya membuat anyaman topi berwarna-warni untuk keperluan dirinya saja, namun karena permintaan dari teman-teman serta nilai jual yang ditawarkan cukup menjanjikan, akhirnya dirinya memberanikan diri membuka usaha anyaman serta penyulaman topi dari benang berwarna-warni tersebut guna memenuhi permintaan teman-temannya.

Kesulitan yang dihadapinya saat ini adalah tenaga kerja yang dapat menolong membantunya guna memenuhi permintaan. Sebab, kadang-kadang permintaan banyak, namun yang bekerja hanyalah dirinya sendiri, sehingga permintaan banyak yang ditolak. Natalia sendiri mampu menyelesaikan satu buah topi dalam waktu tiga hingga empat hari.
 
Guna membantu kelancaran usaha kerajinan miliknya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Senin, 24 Oktober 2011, menyerahkan bantuan biaya pembinaan kepada Natalia Asso uang sebesar dua puluh juta rupiah. Uang bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Ratna Isbudiarti, SE.

Sunday, August 14, 2011

Taring Babi...Hiasan bukan sekedar hiasan

 
Tusuk hidung mungkin kelihatannya sepele, namun ini merupakan salah satu kebudayaan dari daerah Pegunungan Tengah Papua. Ciri-ciri Kebudayaan ini memiliki makna yang mendalam bagi para kaum laki-laki. Melubangi bagian tengah hidung biasanya dilakukan sebagai bagian dari kebudayaan yang menggambarkan kedewasaan seseorang. 

Cara melubanginya pun masih menggunakan alat yang sederhana, tanpa di lihat steril atau tidaknya alat yang dingunakan, yaitu hanya dengan sebatang kayu berdiameter 1 - 2 cm yang diruncingkan ujingnya dan ditusukkan pada septum (daging hidung yang memisahkan kedua lobang hidung). Kayu tersebut biasanya dibiarkan selama beberapa waktu hingga luka tersebut sembuh dan akan diperoleh lubang sebesar kayu itu. 

Sayang, budaya ini nampaknya mulai tergusur oleh kemajuan zaman sehingga saat ini jarang ditemukan kaum pemuda yang melakukan hal tersebut. 


Sumber : berbagai sumber dan wawancara
Penulis : Naftali F. Rumbiak (CPNS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya)

Tuesday, July 26, 2011

Keindahan Alam Pesona Distrik Usilimo

Terletak di bawah kaki gunung, Distrik Usilimo menawarkan pesona alam indah nan hijau dengan objek wisata Goa. Tidak tanggung-tanggung, 2 objek wisata Goa yang terletak di distrik Usilimo diantaranya Goa Lokale dan Goa Sikepalki.

Lokasi Objek Wisata Goa Lokale adalah sebuah goa yang cukup panjang kedalamannya dan hingga kini belum diketahui dengan pasti kedalamannya. Panorama stalaktit dan stalagmit yang merupakan bentukkan  dari proses CaCo3 yang menjadi batu kapur dan membentuk corong yang menonjol ke arah lantai goa.

Ca(HCO3)2 yang merembes ke tanah menetes ke dasar goa dan terurai menjadi CaCO3, H2O dan CO2. Ca(HCO3)2 teruuuss menetes dan mengakibatkan penumpukan CaCO3 (CaCO3 mengendap). Nah, penumpukan CaCO3 inilah yang nantinya tumbuh sebagai stalagmit. Sedangkan stalagtit muncul karena Ca(HCO3)2 sudah terurai terlebih dahulu sebelum menetes ke dasar goa sehingga terjadi penumpukan CaCO3 di atap goa.

Stalagtit adalah batu kapur yang tumbuh dari bagian atas goa menuju ke dasar goa, sedangkan stalagmit tumbuh menjulang dari dasar goa ke atas.

Ca(HCO3)2 yang merembes ke tanah menetes ke dasar goa dan terurai menjadi CaCO3, H2O dan CO2. Ca(HCO3)2 teruuuss menetes dan mengakibatkan penumpukan CaCO3 (CaCO3 mengendap). Nah, penumpukan CaCO3 inilah yang nantinya tumbuh sebagai stalagmit. Sedangkan stalagtit muncul karena Ca(HCO3)2 sudah terurai terlebih dahulu sebelum menetes ke dasar goa sehingga terjadi penumpukan CaCO3 di atap goa.

Stalagtit dan stalagmit yang tumbuh di dalam goa umunya berwarna putih. Hal ini dikarenakan pengaruh atom Ca dalam CaCO3. Atom Ca yang tidak memiliki orbital d tidak memberikan warna yang khas / hanya putih saja.

Jalan  masuk menuju lokasi Goa Lokale di Usilimo di tumbuhi pepohonan Pinus yang tinggi dengan taman peristirahatan yang sudah di bangun oleh pemilik lokasi tersebut, sehingga tidak saja menawarkan panorama goa yang dapat di kunjungi tetapi juga tempat berekrasi bersama rekan-rekan sekaligus menjadi objek wisata peristirahatan.

Lokasi Wisata di tumbuhi pepohonan yang rimbun serta disediakan juga sekitar 12 pendopo kecil yang dapat di gunakan untuk bersantai bersama keluarga ataupun kerabat apalagi untuk bersantap siang bersama.Selain itu, disediakan pula lahan seluar 10x20m yang dapat digunakan untuk bermain games bersama-sama, khususnya jika Anda datang bersama anak-anak dan keluarga yang cukup besar.

Tempat ini juga dapat dijadikan sebagai lokasi objek pemotretan bagi mereka yang suka dengan pemotretan di alam ataupun lansecap.


Jarak lokasi Objek Wisata dari Jalan Raya sekitar  100m, yang dapat ditempuh dari jantung Kota Wamena menggunakan kendaraan roda dua maupun empat sekitar 20-30 menit. Kepuasan Anda, jaminan kami.

Anda tertarik, jadwalkan kunjungan Anda di Objek Wisata Goa Lokale Usilimo dan nikmati fasilitas lainnya.

Diposting oleh : Naftali F. Rumbiak
CPNS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya
Juli 2011

Thursday, July 21, 2011

ALOUKA HUBI, Mumi Araboda di Wamena mulai di Ekspos

MUMI kepala suku di Lembah Baliem, suku di Wamena, Papua, berumur ratusan tahun diijinkan keluarga untuk disaksikan masyarakat luas. Hal ini pun menjadi daya tarik baru bagi para pelancong di Papua.

Di Kabupaten Jayawijaya sendiri sedikitnya ada dua mumi kepala suku yang sudah dijadikan objek benda bersejarah dan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Yaitu mumi Winmontok Mabel di Desa Jiwika dan mumi Werapak Elosak di Desa Aikima.

Kini mumi kepala suku yang dapat disaksikan masyarakat luas bertambah menjadi tiga mumi. Karena bertembah dengan mumi Aloka Hubi di Desa Araboda, kampung Bauntagima Distrik Assologaima kabupaten Jayawijaya yang diperkirakan berumur tiga ratus lima puluh tahum.

Selama ini mumi ini dikeramatkan keluarga dan keturunannya serta tidak di ijinkan untuk di kunjungi dan dipamerkan kepada masyarakat umum.
 
Mumi tersebut diletakkan dalam bungkusan kawat khas lalu ditempatkan dekat dengan perapian guna menjaga kehangatan dan serangan hama tikus yang telah menggerogoti sebagian tubuh mumi tersebut.

Yahones Kurisi, salah satu anak cucu keturunan kepala suku Alouka Hubi dari suku Hubi-Kurisi dan Wantik-Wentete menyatakan bahwa berdasarkan kepercayaan mereka kepala suku perang Alouka Hubi rela mengorbankan dirinya saat wafat agar dikeringkan dan dijadikan mumi. Hal ini dilakukaannya untuk menyelamatkan suku yang berada di Lembah Baliem Wamena yang saat itu selalu digenangi air.
Sehingga melalui jasad yang telah dikeringkan tersebut, air Lembah Baliem pun menjadi kering dan dapat di tumbuhi tanaman serta pepohonan bagi oleh keturunannya. Hingga kini lembah baliem tidak lagi digenangi air.

Sementara itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya. Alpius Wetipo, menyambut baik diijinkannya mumi Alouka Hubi untuk didata sebagai benda bersejarah dan dijadikan objek wisata bagi pemerintah daerah. Dengan demikian mumi tersebut akan mendapatkan perhatian dan perawatan yang lebih baik sehingga tidak bertambah rusak kondisinya.
Kondisi mumi Alouka Hubi saat ini, kulit wajah dan badan masih utuh walaupun sebagian kaki dan pergelangan kaki sudah agar rusak dimakan rayap. Hal ini menjadi benda bersejarah masyarakat pegunungan yang pernah memiliki kepercayaan yang teguh pada masa itu, dengan menjadikan tubuh mereka menjadi mumi untuk menyelamatkan anak cucu mereka.

Ditulis oleh : Naftali F Rumbiak
CPNS : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya
Hp. 081332155639
Email : naftali_rumbiak@yahoo.com

Wednesday, July 20, 2011

Keunikan Telaga Biru, dan Mitos Asal Usul Manusia di Lembah Baliem Wamena

Latar Belakang 

SALAH SATU OBJEK WISATA BERSEJARAH DI KOTA WAMENA YANG HINGGA KINI MASIH DISAKRALKAN DAN DI JAGA DENGAN BAIK OLEH WARGA MASYARAKAT/YAITU OBJEK SEJARAH ASAL USUL MANUSIA DI LEMBAH BALIEM WAMENA. TELAGA BIRU DI DESA MAIMA, ADALAH OBJEK  WISATA BUDAYA BERSEJARAH YANG DIYAKINI SESUAI MITOS YANG BERKEMBANG BAHWA TELAGA BIRU MAIMA MEMILIKI SEJARAH MISTERI LAHIRNYA ASAL USUL MANUSIA DI LEMBAH BALIEM WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA HINGGA KE PEGUNUNGAN TENGAH BAHKAN SAMPAI KE NABIRE-PANIAI.



TELAGA BIRU MAIMA,YANG DALAM BAHASA DAERAH MENYEBUTKAN DESA MAIMA YANG BERARTI "TEMPAT DI BAWAH DI MANA ADA AIR" ATAU (WE) MA-I-MA, HINGGA KINI MENJADI SALAH SATU OBJEK BERSEJARAH DAN LOKASI OBJEK WISATA BUDAYA YANG DIJAGA OLEH PEMERINTAH DAERAH KARENA MEMILIKI CERITA YANG DIYAKINI HINGGA SAAT INI OLEH MASYARAKAT DI LEMBAH BALIEM SEBAGAI SEJARAH ASAL USUL MANUSIA PERTAMA DI LEMBAH INI.

Keunikannya:
 
KEUNIKANNYA YAITU AIRNYA YANG SELALU BERWARNA BERU KE HIJAU-HIJAUAN YANG BERSUMBER DARI SEBUAH MATA AIR DI KEDALAMAN SEKITAR TUJUH METER DI BAWAH PERMUKAAN AIR DAN TEPAT DIBAWAH SEBUAH GUNUNG, DAN SELALU MENJADI DAYA TARIK SENDIRI BAGI PARA WISATAWAN.

 
MENURUT MITOS YANG DIPERCAYAI HINGGA KINI,ASAL USUL MANUSIA PERTAMA YANG KELUAR DARI DALAM TELAGA TERSEBUT TIDAK MEMPUNYAI MATA DAN TELINGA SEDANG DUDUK-DUDUK DAN MEMAINKAN SEBUAH BUSUR ANAK PANAH TIBA-TIBA MELIHAT SEORANG YANG BERKULIT AGAK TERANG MUNCUL DENGAN HIASAN MANIK-MANIK DISELURUH TUBUHNYA YANG DISEBUT NARUEKUL ATAU NAKMARUGI YANG MEMILIKI PENGETAHUAN BAGAIMAN BERCOCOK TANAM, IA JUGA MENGETAHUI ATURAN PERKAWINAN (WITA-WAYA) DAN PEDOMAN HIDUP YANG BAIK.
IA (SEORANG YANG BERKULIT AGAK TERANG) DIBUNUH DAN DIKUBURKAN DENGAN DAUN-DAUN NAMUN TIBA-TIBA DARI TUBUHNYA KELUAR MAKANAN UBI-UBIAN, BIBIT POHON PISANG, TANAMAN KELADI (BENTOEL) DAN HEWAN TERNAK SEPERTI BABI.
 
LALU TULANG BELULANGNYA AKHIRNYA DIBAWAH KEMANA-MANA SEBAGAI BIBIT MAKANAN. OLEH SEBAB ITU, HINGGA SAAT INI MASYARAKAT MASIH MEMEGANG TEGUH KEPERCAYAAN INI DENGAN SELALU MENYIMPAN SEPOTONG TULANG YANG DISEBUT KANEKE YANG SELALU DISIMPAN DALAM HONAI ADAT ATAU JUGA YANG DISEBUT PILAMO.


KEPALA BIDANG OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN JAYAWIJAYA, YANG JUGA BERASAL DARI DISTRIK ASOLOKOBAL TEMPAT TELAGA BIRU BERADA, ALPIUS WETIPO MEMBENARKAN KEPERCAYAAN TERSEBUT DAN HINGGA KINI PEMERINTAH MELALUI DINAS TERKAIT TURUT MENJAGA DAN MELESTARIKAN LOKASI TELAGA BIRU MAIMA SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA BAGI KABUPATEN JAYAWIJAYA.


Ditulis dan di Publikasikan oleh

Naftali Frans Rumbiak
CPNS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya
Email: naftali_rumbiak@yahoo.com

Monday, July 18, 2011

Festival Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya – Papua Tahun 2011

Pendahuluan
Festifal Budaya Lembah Baliem tahun 2011, akan dilangsungkan mulai tanggal 8-9, dan 11 Agustus mendatang di lokasi Kampung Wosiala, Desa Wosilimo distrik Kurulu Kabupaten Jayawijaya.
Kegiatan tahunan yang selalu diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya ini dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya suku-suku di Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya.
Sesuai perkembangan pembangunan dan kemajuan teknologi yang  ada, telah menjadikan kabupaten Jayawijaya dan masyarakat peradaban dari tiap suku-suku yang ada juga mengalami perubahan dan perkembangan ke arah kemajuan.

Sejarah Festifal Budaya Lembah Baliem
Guna pelestarian kesenian dan budaya dari suku-suku yang ada, Pemerintah melaksanakan Festival Budaya Lembah Baliem yang telah dimulaikan sejak 20 tahun yang lalu, dan berjalan dengan baik sehingga cukup  menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik wisatawan lokal, domestik maupun dari wisatawan manca negara.
Berada  di antara lekukan-lekukan Pegunungan Tengah Jayawijaya, Lembah Baliem sudah sejak tahun 1991 menjadi tempat penyelenggaraan festival budaya tahunan terbesar di tanah Papua ini. Di lembah inilah, masyarakat Suku Dani hidup harmonis dan menyatu dalam pelukan pegunungan yang mengelilingnya serta alam Papua yang indah menawan. Selain sebagai 'rumah', Lembah Baliem dulunya kerap menjadi arena perang oleh suku-suku yang bertikai dan menjadi arena pembantaian mereka yang berperang demi kejayaan suku yang dibanggakannya.


Ragam Acara
Kesenian dan budaya yang masih dilestarikan dan akan di tampilkan pada Festival Budaya Lembah Baliem tahun 2011 mendatang diantaranya, Pertunjukkan Perang antar Suku (sejarah perang suku), Penampilan Tari-Tarian adat, Pertunjukkan Balapan Karapan Anak Babi (Pig Racing), Puradan (permainan melempar tombak ke arah bulatan Rotan yang sedang berputar saat dilemparkan), Sikoko (Permain menggunakan kayu jenis Pion yang di lemparkan menuju sasaran yang sudah ditunjuk), Lomba memainkan alat musik tradisional tiup (Pikon),dan berbagai macam perlombaan kebudayaan bagi wisatawan asing seperti melempar tombak (sege)  ke sasaran yang sudah di tentukan dengan tepat dan panahan (memanah sasaran pada batang pisang).

Keunikannya 
Guna menampilkan penampilan perang-perangan, Kampung Wosiala, desa Wosilimo di Distrik Kurulu pemerintah daerah telah mempersiapkan sebidang  tanah lapang dengan luas halaman sekitar 400mx250m, yang dapat menampilkan pertunjukkan perang-perangan sekitar 500-1000 penari.
Kegiatan Pementasan Perang-Perangan dijadwalkan selama 2 hari, dengan menampil perang antar suku dari sekitar 26 group perang-perangan, yang terdiri atas 30-50 orang per group. Lalu di tempat terpisah juga menampilkan permainan musik tradisional. Uniknya, tidak semua orang lembah baliem dapat memainkan alat musik ini, karena membutuhkan keahlian khusus.
Permainan musik tradisional pikon merupakan alunan musik yang di ciptakan dari kulit kayu yang disebut dalam bahasa daerah “hite” (kulit kayu untuk busur panah). Sementara lagu yang dimainkan merupakan ungkapan isi hati sang pemain musik yang di bunyikan lalu diperdengarkan untuk menghibur hati nya ataupun para pendengar.

Objek Wisata Lainnya Yang Ditawarkan

Selain penampilan perang-perangan pada Festival Budaya Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya juga memiliki beberapa tempat objek wisata yang dapat di kunjungi, diantaranya 2 buah Mumi Kepala Suku yang telah berumur sekitar + 350 dan 380 tahun, objek wisata air terjun serta penelusuran goa sejauh 5 km, Jembatan Gantung Tradisional dan Keunikan Air Garam di atas Gunung dan masih banyak lagi.


Mencapai Lembah Baliem - Wamena

Untuk mencapai kabupaten Jayawijaya, hanya dapat ditempuh dengan perjalanan melalui transportasi udara (pesawat terbang), dan membutuhkan biaya yang cukup, namun kepuasan anda akan terbayar lunas jika menyaksikan seluruh rankaian kegiatan Festival Lembah Baliem dan menyaksikan secara langsung kehidupan Suku Dani yang sesungguhnya.


Kuliner 
Udang Selingkuh merupakan salah satu makanan khas yang dapat Anda cicipi sebagai hidangan makanan khas yang tidak akan Anda dapatkan di tempat lain. Udang ini memiliki ciri bertubuh selayaknya udang namun memiliki Capit layaknya seekor kepiting, oleh sebab itu, di sebut, "Udang Selingkuh" yang dipercayai bahwa varietas udang tersebut adalah perkawinan silang antara Udang dan Kepiting.


Selain itu, juga terdapat Buah Merah yang saat ini sudah banyak dijadikan sebagai bahan obat-obatan herbal yang bisa Anda bawa sebagai oleh-oleh (buah tangan) bagi kerabat Anda. Dan  masih banyak lagi, seperti koteka, kampak batu, panah, noken (tas anyaman), gelang-gelang (sekan), dan lain sebagainya

Penginapan 
Lembah Baliem Wamena saat ini memiliki beberapa hotel kelas melati yang cukup nyaman diantaranya : Hotel Baliem Pilamo, Ranu Jaya I dan II, Baliem Valley Resort, Hotel Anggrek, Hotel Nayak serta beberapa penginapan tradisional (honai) yang telah di buat khusus bagi para tamu manca negara yang ingin menikmati kehidupan layaknya masyarakat setempat. Semuanya dapat dijangkau dengan harga yang relatif murah.


Di sini pula Anda dapat menyatu dan berbaur dengan masyarakat yang masih memegang teguh tradisinya yang mungkin jauh berbeda dengan apa yang kita miliki. Semua yang dijumpai di Lembah Baliem pastinya akan membuat perjalanan Anda akan selalu terkenang sepanjang masa.

Ditulis oleh :
Naftali Frans Rumbiak
Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya
Juli 2011
Email : naftali_rumbiak@yahoo.com